Negeri Pesona

Merupakan blog nusantara yang menyajikan informasi mengenai keadaan geografis dan budaya.

Gunung Sewu

Keseluruhan situs di wilayah ini menampakkan corak budaya prasejarah yang lengkap mulai dari paleolitik, mesolotik, neolitik  dan paleometalik. Kenyataan ini menunjukkan Gunung Sewu sebagai suatu kesatuan geografis perbukitan karst telah memiliki sejarah hunian yang panjang, dari budaya tertua hingga yang termuda, bahkan berlanjut hingga sekarang. Kekayaan situs dan kontinuitas hunian yang berlangsung dalam rentang waktu yang panjang menjadikan wilayah ini sebagai sasaran penelitian terpenting dalam pemahaman prasejarah lokal dan regional. Hunian Gunung Sewu menampakkan ciri khusus untuk setiap tahap budaya, baik dalam pola pemanfaatan lahan maupun dalam peralatannya. Pada budaya tertua kehidupan dan pemanfaatan lahan terpusat di bentang alam terbuka, yaitu di sekitar dan sepanjang aliran sungai. Manusia paleolitik cenderung mengeksploitasi segala sumberdaya yang ditawarkan di sekitar sungai, seperti air, batuan, fauna dan flora. Mereka mengembara sambil menangkap binatang yang hidup di sekitarnya  sebagai subsistensi pokok. Untuk menunjang perburuan, mereka membuat alat-alat batu dalam berbagai jenis, seperti kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, dan alat-alat serpih berukuran besar antara lain dari batu gamping kersikan, tufa kersikan, fosil kayu, yang tersedia di sekitarnya.
Gua Song Terus di Pacitan, Jawa Timur
Secara pasti, awal kehidupan paleolitik di wilayah Gunung Sewu dan sekitarnya yang belum memberikan data pertanggalan absolut tentang awal hunian, karena kondisi situs yang telah mengalami proses transformasi dan belum ditemukannya sisa fauna, termasuk sisa manusia. Pada tahap preneolitik terjadi perubahan penting dalam model hunian, yaitu dari pengembaraan di sepanjang sungai beralirh ke hunian gua dan ceruk. Gua dan ceruk menjadi pusat kegiatan sehari-hari, mulai dari tempat tinggal, tempat penguburan bagi yang meninggal, tempat kegiatan industri untuk pembuatan alat-alat litik dan tulang, hingga tempat kegiatan perapian. Pola pemanfaatansemacam ini sudah berlangusng intensif sejak awal Holosen, bahkan jauh sebelumnya menjelang akhir Plestosen. Kehidupan di dalam gua membawa perubahan dalam peralatan yang digunakan. Penggunaan alat-alat masif yang sangat menonjol sudah ditinggalkan dan seiring dengan penguasaan teknologi pemangkasan berubah menjadi penggunaan alat-alat serpih dengan berbagai variasi tipologinya. Pemanfaatan sumber daya batuan untuk peralatan diikuti dengan pemanfaatan tulang-tulang binatang untuk keperluan yang sama. 
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar